Contoh Penggunaan Majas di dalam Karya Sastra Berbentuk Prosa Fiksi & Puisi Terlengkap - Apakah yang dimaksud dengan majas? Majas adalah bahasa kias yang dipergunakan untuk menimbulkan kesan imajinatif atau menciptakan efek-efek tertentu bagi pembaca atau pendengarnya. Adapun berikut ini saya akan menerangkan tentang Penggunaan Majas di dalam Karya Sastra serta contoh lengkapnya.
Suara decit spidol berubah menjadi suara ketukan benda logam di meja. Dinda menoleh perlahan, seseorang telah duduk di sampingnya. Rambutnya terurai panjang menutupi sebagian wajahnya, kulit putih bersih .......... terlalu putih seakan tak ada darah yang mengaliri tubuhnya. Dia mengetuk-ngetukan jangka di meja dengan tangan tergenggam seperti posisi menghunus. Pelanpelan dia menengadah wajahnya ke arah Dinda. Sayatan-sayatan silangmenyilang di wajahnya. Matanya hitam seperti sumur tanpa dasar. Bibirnya putih pecah-pecah .......... meringis memperlihatkan giginya yang hitam seperti bongkahan-bongkahan batu gunung.
(Dari: Hantu Bangku Kosong, oleh Ruwi Meita)
Baca Juga : Puisi Baru : Pengertian, Karakteristik dan Ciri-ciri Puisi Baru
Ada senyum dibibirnya. Tapi .......... wajahnya sangat pucat. Pucat seputih kapas. Al-quran besar yang kertas jilidnya telah koyak, dia dekap erat.
..........
Sekarang Aki tertawa terbahak-bahak. ‘Anak ini persis bapaknya, keras kepala,’ pikir Aki.
..........
Ani duduk di ranjang reyot di kamar kenangan saat Aki minggat menari-nari kembali. Ani mengusap-usap sebuah kotak yang terbungkus kertas kado rapi.
(Dari: Kado Cantik buat Aki, oleh Tina Rakhmatin)
(Dari: Kemilau Intan Nayla, oleh Tina Rakhmatin)
Baca Juga : Musikalisasi Puisi: Pengertian, Manfaat, Cara, dan Contoh Musikalisasi Puisi
..........
Malam bagai remaja putri mengurai rambutnya yang legam. Lelaki itu melewati bayang-bayang pepohonan ketapang yang merimbun di sepanjang halaman. Jarak ke selatan cahya bulan merenta menyapu pepohonan tua.
(Dari: Malam Putih, oleh Korrie Layun Rampan)
..........
Jiwaku bagaikan kuda yang berlari menembus malam, makin kencang derapnya, makin cepat menjelang fajar.
..........
(Dari: Kata-kata Mutiara Sang Guru, oleh Khahlil Gibran)
Di luar sana, dibalik hutan, dusun-dusun memeras keringat membanting tulang. Tetapi agar tidak terganggu oleh siapapun, semua jalan yang menuju telaga ditutup. Kesenangan memancing dan berburu itu hanya teruntuk mereka saja. Di sana-sini tampak bekas-bekas perkemahan api unggun yang dicoba dinyalakan orang lain, tetapi mereka mematikannya dan mengusir orang lain itu.
(Dari: Telaga Segden, oleh Alexander Solzhenitsyn)
Baca Juga : Cara Memusikalisasi Puisi dengan Baik dan Benar
......
mengepulkan asap rokok kelabu,
seperti tungku-tungku yang menjengkelkan.
........
maka dalam blingsatan
ia bertingkah bagai goril a.
........
Bagai ikan hitam
Ia menggelepar dalam jala.
........
Bagai batu lumutan
Wajahnya kotor, basah dan tua.
Maka waktu bagaikan air bah
Melanda sukmanya yang lelah.
(Oleh: W.S. Rendra)
Tapi kulitku hitam
Dan sorga bukan tempatku berdiam
Bumi hitam
Iblis hitam
Dosa hitam
Karena itu:
Aku bumi lata
Aku iblis laknat
Aku dosa melekat
Aku sampah di tengah jalan.
(Oleh : Subagjo Sasrowardojo)
Baca Juga : Contoh Puisi Baru dan Unsur Intrinsik Puisi Baru
Kepada Ki hajar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun bersemi laksmi mengarang
Biarpun ia diabaikan orang
Serodja kembang gemilang mulia
Teruslah, o Teratai Bahagia
Berseri di kebun Indonesia,
Biar sedikit penjaga taman
Biarpun engkau tidak dilihat
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkau pun turut menjaga Zaman.
(Oleh : Sanusi Pane)
Malas dan malu nyala pelita
Seperti meratap mencucuri mata
Seisi kamar berduka cita
Seperti takut gentar berkata
(Oleh : Rustam
Baca Juga : Pengertian Puisi Baru, Karakteristik dan Jenis-jenisnya
.........
Klakson dan lonceng bunyi bergiliran
.........
Dan perempuan mendaki tepi sungai kesayangan
Di bawah bayangan samar istana kejang
O, kota kekasih setelah senja
(Oleh : Toto Sudarto Bachtiar)
Klakson dan lonceng, dapat menggantikan orang-orang atau partaipartai yang bersaing adu keras suaranya. Sungai kesayangan mengganti Sungai Ciliwung. Istana mengganti kaum kaya yang memiliki rumahrumah seperti istana. Kota kekasih adalah Jakarta.
Baca Juga : Pengertian Puisi Baru, Ciri-ciri dan Unsur Intrinsiknya
Terasa aneh dan aneh
Sepasang-sepasang mata memandangku
Menimpakan dosa
Terus terderitakah pandang begini?
(Oleh : Toto Sudarto Bachtiar)
Kujelajahi bumi dan alis kekasih
(Oleh : Sitor Situmorang)
Bumi itu totum pro parte, sedang alis kekasih itu pars pro toto.
Kupanjat dinding dan hati wanita
(Oleh : Ajip Rosidi)
Keduanya itu adalah pars pro toto.
Baca Juga : Puisi Baru : Pengertian, Karakteristik dan Ciri-ciri Puisi Baru
Alun bergulung naik meninggi,
Turun melembah jauh ke bawah
Lidah ombak menyerak buih
Surut kembali di air gemuruh
Kami mengalun di samudra-Mu
Bersorak gembira tinggi membukit
Sedih mengaduh jatuh ke bawah
Silih berganti tiada berhenti
Di dalam suka di dalam duka
Waktu bahagia waktu merana
Masa tertawa, masa kecewa
Kami berbuai dalam nafasmu,
Tiada kuasa tiada berdaya
Turun naik dalam ‘rama-Mu.
(Oleh: St. Takdir Alisjahbana)
Baca Juga : Puisi Lama : Ciri-ciri, dan Langkah-langkah Menulis Puisi Lama
Ani, ya Aniku, Ani
Mengapa kamas engkau tinggalkan ?
Lengang sepi rasanya rumah
Lapang meruang tiada tentu
Buka lemari pakaian berkata,
Di tempat tidur engkau berbaring
Di atas kursi engkau duduk
Pergi ke dapur engkau sibuk
Segala kulihat segala membayang
Segala kupegang segala mengenang
Sekalian ruang rasa mengingat,
Sebanyak itu cita melenyap.
Pilu pedih menyayat di kalbu,
Pelbagai rasa datang merusak.
(Oleh : St. Takdir Alisjahbana.)
Baca Juga : Contoh Puisi Lama Terlengkap
Baik-baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau meradang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah
.........................
(Oleh: Chairil Anwar)
Baca Juga : Puisi Lama : Pengertian, Ciri-ciri, dan Jenis-jenis Puisi Lama
Kalau aku kau maaan, karena maaf itu baik
Kau tak pernah mengerti dirimu
Kalau kau kumaaan, karena maaf itu baik
Kau tak mengerti dirimu
Begitu banyak maaf buat begitu banyak dosa
Begitu banyak dosa buat bagitu banyak maaf
Hanyakah tersedia buat daerah mati
Tanpa hawa, tanpa kemauan baik?
Tapi kau tak kumaaan juga, sangat sayang
Tanpa mengerti diriku
Tanpa mengerti dirimu
Sedang aku tak mau mati muda sekarang.
(Oleh : Toto Sudarto Bachtiar)
Baca Juga : Pengertian, Jenis-jenis, dan Contoh Puisi Lama
Meluruskan kain-kain dahulu
Meletakkan lekat sanggul rapi
Lembut ikal rambut di dahi
Pertarungan dapat dimulai
Berlomba dengan waktu
Dengan kebosanan apalagi
Pertaruhan ilusi
Seutas benang dalam raufan
Amuk badai antara insan
Taufan? ah, siapa
Yang masih peduli
Tertawa kecil, menggigit jari adalah
Perasaan yang dikebiri
Kedahsyatan hanya untuk dewa-dewa
Tapi deru api unggun atas
Tanah tandus kering
Angin liar cambukan halilintar
Perempuan seram yang kuhadapi
Dengan garis alis dan cemooh tajam
Tertawa lantang
Aku terjebak, gelas anggur di tangan
Tersenyum sabar pengecut menyamar
Ruang menggema
Dengan gumam hormat, sapa menyapa
Dengan mengibas pelangi perempuan
Itu pergi, hadirin mengagumi
................................................
(Oleh : T. Heraty)
Demikianlah pembahasan tentang Contoh Penggunaan Majas di dalam Karya Sastra Berbentuk Prosa Fiksi & Puisi. Semoga bermanfaat dan dapat dijadikan acuan dalam mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia. Terima kasih
Baca Juga : Pengertian Majas, Macam-macam Majas & Contoh-contoh Majas Terlengkap
Sumber : Bahasa Indonesia 3 Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan Kelas XII
Penggunaan Majas di dalam Karya Sastra
Majas adalah bahasa kias yang dipergunakan untuk menimbulkan kesan imajinatif atau menciptakan efek-efek tertentu bagi pembaca atau pendengarnya. Majas terdiri atas: 1). Majas Perbandingan; 2). Majas pertentangan; 3). Majas sindiran; 4). Majas penegasan.
Contoh Penggunaan Majas dalam Karya Sastra Prosa Fiksi
Di bawah ini adalah beberapa contoh penggunaan majas dalam karya sastra seperti pada prosa fiksi.Contoh 1:
..........Suara decit spidol berubah menjadi suara ketukan benda logam di meja. Dinda menoleh perlahan, seseorang telah duduk di sampingnya. Rambutnya terurai panjang menutupi sebagian wajahnya, kulit putih bersih .......... terlalu putih seakan tak ada darah yang mengaliri tubuhnya. Dia mengetuk-ngetukan jangka di meja dengan tangan tergenggam seperti posisi menghunus. Pelanpelan dia menengadah wajahnya ke arah Dinda. Sayatan-sayatan silangmenyilang di wajahnya. Matanya hitam seperti sumur tanpa dasar. Bibirnya putih pecah-pecah .......... meringis memperlihatkan giginya yang hitam seperti bongkahan-bongkahan batu gunung.
(Dari: Hantu Bangku Kosong, oleh Ruwi Meita)
Baca Juga : Puisi Baru : Pengertian, Karakteristik dan Ciri-ciri Puisi Baru
Contoh 2 :
..........Ada senyum dibibirnya. Tapi .......... wajahnya sangat pucat. Pucat seputih kapas. Al-quran besar yang kertas jilidnya telah koyak, dia dekap erat.
..........
Sekarang Aki tertawa terbahak-bahak. ‘Anak ini persis bapaknya, keras kepala,’ pikir Aki.
..........
Ani duduk di ranjang reyot di kamar kenangan saat Aki minggat menari-nari kembali. Ani mengusap-usap sebuah kotak yang terbungkus kertas kado rapi.
(Dari: Kado Cantik buat Aki, oleh Tina Rakhmatin)
Contoh 3:
Di dalam berbaring seorang wanita berwajah sangat cekung dan berkulit pucat. Tubuhnya ditutupi selimut dari dada ke bawah. Hanya tangannya yang di luar selimut. Dan .......... ya Allah! Zahra ternganga. Seperti wajahnya, tangan itu tinggal tulang berbungkus kulit. Penderitaan yang amat sangat tampak jelas di wajahnya.(Dari: Kemilau Intan Nayla, oleh Tina Rakhmatin)
Baca Juga : Musikalisasi Puisi: Pengertian, Manfaat, Cara, dan Contoh Musikalisasi Puisi
..........
Malam bagai remaja putri mengurai rambutnya yang legam. Lelaki itu melewati bayang-bayang pepohonan ketapang yang merimbun di sepanjang halaman. Jarak ke selatan cahya bulan merenta menyapu pepohonan tua.
(Dari: Malam Putih, oleh Korrie Layun Rampan)
..........
Jiwaku bagaikan kuda yang berlari menembus malam, makin kencang derapnya, makin cepat menjelang fajar.
..........
(Dari: Kata-kata Mutiara Sang Guru, oleh Khahlil Gibran)
Di luar sana, dibalik hutan, dusun-dusun memeras keringat membanting tulang. Tetapi agar tidak terganggu oleh siapapun, semua jalan yang menuju telaga ditutup. Kesenangan memancing dan berburu itu hanya teruntuk mereka saja. Di sana-sini tampak bekas-bekas perkemahan api unggun yang dicoba dinyalakan orang lain, tetapi mereka mematikannya dan mengusir orang lain itu.
(Dari: Telaga Segden, oleh Alexander Solzhenitsyn)
Baca Juga : Cara Memusikalisasi Puisi dengan Baik dan Benar
Contoh Penggunaan Majas pada Karya Sastra Berbentuk Puisi
Beberapa contoh penggunaan majas pada karya sastra berbentuk puisi.Contoh 1: Majas Perumpamaan
Blues untuk Bonnie......
mengepulkan asap rokok kelabu,
seperti tungku-tungku yang menjengkelkan.
........
maka dalam blingsatan
ia bertingkah bagai goril a.
........
Bagai ikan hitam
Ia menggelepar dalam jala.
........
Bagai batu lumutan
Wajahnya kotor, basah dan tua.
Maka waktu bagaikan air bah
Melanda sukmanya yang lelah.
(Oleh: W.S. Rendra)
Contoh 2: Majas Metafora
Afrika SelatanTapi kulitku hitam
Dan sorga bukan tempatku berdiam
Bumi hitam
Iblis hitam
Dosa hitam
Karena itu:
Aku bumi lata
Aku iblis laknat
Aku dosa melekat
Aku sampah di tengah jalan.
(Oleh : Subagjo Sasrowardojo)
Baca Juga : Contoh Puisi Baru dan Unsur Intrinsik Puisi Baru
Contoh 3. Majas Allegori
TerataiKepada Ki hajar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun bersemi laksmi mengarang
Biarpun ia diabaikan orang
Serodja kembang gemilang mulia
Teruslah, o Teratai Bahagia
Berseri di kebun Indonesia,
Biar sedikit penjaga taman
Biarpun engkau tidak dilihat
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkau pun turut menjaga Zaman.
(Oleh : Sanusi Pane)
Contoh 4: Majas Personifikasi
Anak Molek VMalas dan malu nyala pelita
Seperti meratap mencucuri mata
Seisi kamar berduka cita
Seperti takut gentar berkata
(Oleh : Rustam
Baca Juga : Pengertian Puisi Baru, Karakteristik dan Jenis-jenisnya
Contoh 5: Majas Metonimia
Ibu Kota Senja.........
Klakson dan lonceng bunyi bergiliran
.........
Dan perempuan mendaki tepi sungai kesayangan
Di bawah bayangan samar istana kejang
O, kota kekasih setelah senja
(Oleh : Toto Sudarto Bachtiar)
Klakson dan lonceng, dapat menggantikan orang-orang atau partaipartai yang bersaing adu keras suaranya. Sungai kesayangan mengganti Sungai Ciliwung. Istana mengganti kaum kaya yang memiliki rumahrumah seperti istana. Kota kekasih adalah Jakarta.
Baca Juga : Pengertian Puisi Baru, Ciri-ciri dan Unsur Intrinsiknya
Conoh 6: Majas Sinekdoki : Totum Pro parte dan Pars pro toto
Kepada Si MiskinTerasa aneh dan aneh
Sepasang-sepasang mata memandangku
Menimpakan dosa
Terus terderitakah pandang begini?
(Oleh : Toto Sudarto Bachtiar)
Kujelajahi bumi dan alis kekasih
(Oleh : Sitor Situmorang)
Bumi itu totum pro parte, sedang alis kekasih itu pars pro toto.
Kupanjat dinding dan hati wanita
(Oleh : Ajip Rosidi)
Keduanya itu adalah pars pro toto.
Baca Juga : Puisi Baru : Pengertian, Karakteristik dan Ciri-ciri Puisi Baru
Contoh 7: Majas Pleonasme
Dalam GelombangAlun bergulung naik meninggi,
Turun melembah jauh ke bawah
Lidah ombak menyerak buih
Surut kembali di air gemuruh
Kami mengalun di samudra-Mu
Bersorak gembira tinggi membukit
Sedih mengaduh jatuh ke bawah
Silih berganti tiada berhenti
Di dalam suka di dalam duka
Waktu bahagia waktu merana
Masa tertawa, masa kecewa
Kami berbuai dalam nafasmu,
Tiada kuasa tiada berdaya
Turun naik dalam ‘rama-Mu.
(Oleh: St. Takdir Alisjahbana)
Baca Juga : Puisi Lama : Ciri-ciri, dan Langkah-langkah Menulis Puisi Lama
Contoh 8: Majas Paralel
Segala, segalaAni, ya Aniku, Ani
Mengapa kamas engkau tinggalkan ?
Lengang sepi rasanya rumah
Lapang meruang tiada tentu
Buka lemari pakaian berkata,
Di tempat tidur engkau berbaring
Di atas kursi engkau duduk
Pergi ke dapur engkau sibuk
Segala kulihat segala membayang
Segala kupegang segala mengenang
Sekalian ruang rasa mengingat,
Sebanyak itu cita melenyap.
Pilu pedih menyayat di kalbu,
Pelbagai rasa datang merusak.
(Oleh : St. Takdir Alisjahbana.)
Baca Juga : Contoh Puisi Lama Terlengkap
Contoh 9: Majas Hiperbola
Kepada Peminta-mintaBaik-baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau meradang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah
.........................
(Oleh: Chairil Anwar)
Baca Juga : Puisi Lama : Pengertian, Ciri-ciri, dan Jenis-jenis Puisi Lama
Contoh 10: Majas Paradoks
Kepada orang MatiKalau aku kau maaan, karena maaf itu baik
Kau tak pernah mengerti dirimu
Kalau kau kumaaan, karena maaf itu baik
Kau tak mengerti dirimu
Begitu banyak maaf buat begitu banyak dosa
Begitu banyak dosa buat bagitu banyak maaf
Hanyakah tersedia buat daerah mati
Tanpa hawa, tanpa kemauan baik?
Tapi kau tak kumaaan juga, sangat sayang
Tanpa mengerti diriku
Tanpa mengerti dirimu
Sedang aku tak mau mati muda sekarang.
(Oleh : Toto Sudarto Bachtiar)
Baca Juga : Pengertian, Jenis-jenis, dan Contoh Puisi Lama
Contoh 11: Majas Ironi
Coctail PartyMeluruskan kain-kain dahulu
Meletakkan lekat sanggul rapi
Lembut ikal rambut di dahi
Pertarungan dapat dimulai
Berlomba dengan waktu
Dengan kebosanan apalagi
Pertaruhan ilusi
Seutas benang dalam raufan
Amuk badai antara insan
Taufan? ah, siapa
Yang masih peduli
Tertawa kecil, menggigit jari adalah
Perasaan yang dikebiri
Kedahsyatan hanya untuk dewa-dewa
Tapi deru api unggun atas
Tanah tandus kering
Angin liar cambukan halilintar
Perempuan seram yang kuhadapi
Dengan garis alis dan cemooh tajam
Tertawa lantang
Aku terjebak, gelas anggur di tangan
Tersenyum sabar pengecut menyamar
Ruang menggema
Dengan gumam hormat, sapa menyapa
Dengan mengibas pelangi perempuan
Itu pergi, hadirin mengagumi
................................................
(Oleh : T. Heraty)
Demikianlah pembahasan tentang Contoh Penggunaan Majas di dalam Karya Sastra Berbentuk Prosa Fiksi & Puisi. Semoga bermanfaat dan dapat dijadikan acuan dalam mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia. Terima kasih
Baca Juga : Pengertian Majas, Macam-macam Majas & Contoh-contoh Majas Terlengkap
Sumber : Bahasa Indonesia 3 Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan Kelas XII