Makna Denotatif & Konotatif beserta Contohnya - Hai sob. Kalian tau apakah makna denotatif dan konotatif. Untuk mengetahui jawabannya kalian harus mempelajari materi yang saya paparkan dibawah ini. Semoga bermanfaat dan dapat dijadikan acuan dalam mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia. Selamat belajar ...
Penggunaan kata bermakna konotatif juga berkaitan dengan nilai rasa, baik nilai rasa rendah maupun tinggi. Contoh kata gerombolan dan kumpulan secara denotatif bermakna sama, yaitu kelompok manusia.
Dua pasang kata tersebut meskipun bermakna denotasi sama, namun secara konotasi mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata gerombolan mempunyai nilai rasa yang rendah, sedangkan kata kumpulan bernilai rasa tinggi.
Jadi, kata gerombolan memiliki nilai rasa yang lebih rendah bahkan berkonotasi negatif dari kata kumpulan. Hal ini terbukti pada frasa gerombolan pengacau bukan kumpulan pengacau. Masih banyak kata yang secara denotatif memiliki kesamaan arti, namun konotasinya berbeda nilai rasa.
Beberapa kata bahkan dapat dikonotasikan secara negatif, misalnya kata kebijaksanaan. Kata ini menurut arti yang sebenarnya adalah kelakuan atau tindakan arif dalam menghadapi suatu masalah.
Tapi banyak penggunaan kata kebijaksanaan yang menyeleweng dari arti sebenarnya. Kata kebijaksanaan dikonotasikan dengan permintaan agar urusan dapat lancar. Hal yang sama terjadi juga pada pemakaian kata pengertian.
Dalam kalimat “Pembagian kompor gas ini memang tidak dipungut bayaran, tapi kami mohon pengertiannya,” kata pengertian memiliki makna lain yaitu, minta imbalan walau sedikit dan sebagainya.
Konotasi juga dapat memberikan nilai rasa halus dan kasar. Untuk sekelompok masyarakat pemakai bahasa tertentu, sebuah atau beberapa kata dapat bernilai rasa kasar, tapi pada kelompok masyarakat lainnya dirasakan biasa saja atau wajar saja, misalnya kata laki- bini untuk kalangan masyarakat Melayu dianggap biasa, namun untuk kalangan masyarakat intelek dianggap kasar.
Baca Juga : Pengertian Ungkapan & Peribahasa beserta Contohnya
Kata-kata berkonotasi halus disebut juga dengan istilah ameliorasi dan yang berkonotasi kasar disebut peyorasi. Kata-kata bernilai rasa halus biasa digunakan pada pemakaian bahasa dalam situasi resmi, sebaliknya kata-kata bernilai rasa kasar biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari atau dalam suasana nonformal.
Pada prosa fiksi khususnya cerpen atau novel populer, sering terdapat bentuk-bentuk percakapan sehari-hari atau bahasa gaul. Dalam sastra populer, pengarang lebih bebas menggunakan kata-kata yang dianggapnya sesuai dengan karakter tokoh.
Dalam bercerita pun, penulis populer lebih cenderung menyajikan bahasa yang segar dan komunikatif sesuai denganpeminat cerpen atau novel yang kebanyakan dari kalangan remaja.
Hal itu juga untuk membangun latar atau suasana yang memang sesuai dengan tema-tema populer yang dipilihnya seperti tema tentang cinta, pergaulan remaja, atau permasalahan di sekolah.
Pada novel atau cerpen sastra, penggunaan bahasa lebih selektif. Dalam prosa sastra atau sastra klasik, bahasa termasuk menjadi faktor penentu kualitas pengarang dan karyanya yang masih menekankan unsur estetika.
Bahasa yang dipergunakan akan menjadi ciri khas tersendiri dari pengarangnya dalam mengolah cerita. Penggunaan bahasa nonformal biasanya terdapat pada tema-tema tertentu yang memang mengusung latar budaya yang sesuai atau untuk percakapan tokoh yang memang memiliki karakter bicara seperti itu.
Artikel lanjutan :
Demikianlah pembahasan tentang Makna Denotatif & Konotatif beserta Contohnya. Semoga bermanfaat dan dapat dijadikan acuan dalam mempelajari Bahasa Indonesia. Terima kasih.
Baca Juga : Pengertian Ungkapan & Peribahasa beserta Contohnya
Sumber : Bahasa Indonesia 3 Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan Kelas XII
Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna sebenarnya atau makna yang memang sesuai dengan pengertian yang dikandung oleh kata tersebut. Kata makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut , dikunyah, dan ditelan. Arti kata makan tersebut adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga makna umum.
Makna konotatif adalah bukan makna sebenarnya. Dengan kata lain, makna kias atau makna tambahan. Contoh kata putih bisa bermakna suci atau tulus tapi juga dapat bermakna menyerah atau polos.
Penggunaan kata bermakna konotatif juga berkaitan dengan nilai rasa, baik nilai rasa rendah maupun tinggi. Contoh kata gerombolan dan kumpulan secara denotatif bermakna sama, yaitu kelompok manusia.
Dua pasang kata tersebut meskipun bermakna denotasi sama, namun secara konotasi mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata gerombolan mempunyai nilai rasa yang rendah, sedangkan kata kumpulan bernilai rasa tinggi.
Jadi, kata gerombolan memiliki nilai rasa yang lebih rendah bahkan berkonotasi negatif dari kata kumpulan. Hal ini terbukti pada frasa gerombolan pengacau bukan kumpulan pengacau. Masih banyak kata yang secara denotatif memiliki kesamaan arti, namun konotasinya berbeda nilai rasa.
Beberapa kata bahkan dapat dikonotasikan secara negatif, misalnya kata kebijaksanaan. Kata ini menurut arti yang sebenarnya adalah kelakuan atau tindakan arif dalam menghadapi suatu masalah.
Tapi banyak penggunaan kata kebijaksanaan yang menyeleweng dari arti sebenarnya. Kata kebijaksanaan dikonotasikan dengan permintaan agar urusan dapat lancar. Hal yang sama terjadi juga pada pemakaian kata pengertian.
Dalam kalimat “Pembagian kompor gas ini memang tidak dipungut bayaran, tapi kami mohon pengertiannya,” kata pengertian memiliki makna lain yaitu, minta imbalan walau sedikit dan sebagainya.
Konotasi juga dapat memberikan nilai rasa halus dan kasar. Untuk sekelompok masyarakat pemakai bahasa tertentu, sebuah atau beberapa kata dapat bernilai rasa kasar, tapi pada kelompok masyarakat lainnya dirasakan biasa saja atau wajar saja, misalnya kata laki- bini untuk kalangan masyarakat Melayu dianggap biasa, namun untuk kalangan masyarakat intelek dianggap kasar.
Baca Juga : Pengertian Ungkapan & Peribahasa beserta Contohnya
Contoh lain:
Kata-kata berkonotasi halus disebut juga dengan istilah ameliorasi dan yang berkonotasi kasar disebut peyorasi. Kata-kata bernilai rasa halus biasa digunakan pada pemakaian bahasa dalam situasi resmi, sebaliknya kata-kata bernilai rasa kasar biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari atau dalam suasana nonformal.
Pada prosa fiksi khususnya cerpen atau novel populer, sering terdapat bentuk-bentuk percakapan sehari-hari atau bahasa gaul. Dalam sastra populer, pengarang lebih bebas menggunakan kata-kata yang dianggapnya sesuai dengan karakter tokoh.
Dalam bercerita pun, penulis populer lebih cenderung menyajikan bahasa yang segar dan komunikatif sesuai denganpeminat cerpen atau novel yang kebanyakan dari kalangan remaja.
Hal itu juga untuk membangun latar atau suasana yang memang sesuai dengan tema-tema populer yang dipilihnya seperti tema tentang cinta, pergaulan remaja, atau permasalahan di sekolah.
Pada novel atau cerpen sastra, penggunaan bahasa lebih selektif. Dalam prosa sastra atau sastra klasik, bahasa termasuk menjadi faktor penentu kualitas pengarang dan karyanya yang masih menekankan unsur estetika.
Bahasa yang dipergunakan akan menjadi ciri khas tersendiri dari pengarangnya dalam mengolah cerita. Penggunaan bahasa nonformal biasanya terdapat pada tema-tema tertentu yang memang mengusung latar budaya yang sesuai atau untuk percakapan tokoh yang memang memiliki karakter bicara seperti itu.
Artikel lanjutan :
Demikianlah pembahasan tentang Makna Denotatif & Konotatif beserta Contohnya. Semoga bermanfaat dan dapat dijadikan acuan dalam mempelajari Bahasa Indonesia. Terima kasih.
Baca Juga : Pengertian Ungkapan & Peribahasa beserta Contohnya
Sumber : Bahasa Indonesia 3 Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan Kelas XII